Renungan

Memulihkan Relasi dengan Tuhan

Kisah Ishak memberkati Yakub dapat kita simak dalam Kejadian 27: 1 – 30.

Kisah ini sangat menarik karena menggambarkan “pergumulan” kehidupan dari para tokoh sebuah keluarga. Dimulai dengan tokoh Ishak sebagai seorang ayah, sudah tua dan matanya tidak dapat melihat. Kesannya seolah-olah Ishak sebelum kematiannya, terburu-buru ingin memberkati putra sulungnya Esau. Sementara Ishak memberi perintah (ayat 1 – 4) apa saja yang harus disiapkan oleh Esau, Ribka (istri Ishak) mendengar pembicaraan mereka. Ishak sangat mencintai Esau sedangkan Ribka sangat mencintai si bungsu, Yakub. Karenanya sepeninggal Esau ke padang, Ribka segera menyampaikan pembicaraan antara Ishak dan Esau kepada Yakub. Ribka menginginkan agar Yakub diberkati oleh Ishak (ayat 6 – 10), karenanya Ribka memberi perintah kepada Yakub untuk mengambil “anak kambing terbaik” dari ternak mereka dan selanjutnya akan diolah Ribka menjadi makanan kegemaran Ishak.

Bagian kisah ini menggambarkan adanya keluarga yang “tidak harmoni” atau boleh di katakan “berantakan”. Kasih sayang ditunjukkan oleh kedua orang tua berbeda untuk kedua anak mereka. Ishak sekali lagi mengalami “kejatuhan” dalam memegang “janji Tuhan” (Kejadian 25). Ribka yang adalah seorang “istri dan ibu” juga penuh “keraguan”. Seyogyanya Ribka tahu dan mengerti bahwa ketika ia mengandung, kedua anak dalam kandungannya saling bertolak-tolakan dan Tuhan telah menyatakan kepadanya bahwa “Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda” . Sudah jelas sekali terungkap seperti itu halnya, namun karena Ribka tidak membangun “relasi” dengan Tuhan, akibatnya Ribka ragu dan membelokan ”penggenapan rencana Tuhan”. Yakub disuruh oleh Ribka untuk menyamar jadi Esau. Bagaimana mungkin hal ini dilakukan, karena Esau dan Yakub berbeda (ayat 11 – 16). Alkitab menyaksikan bahwa: Esau lebih senang berburu dan tinggal di padang berhari-hari bahkan baunya adalah bau padang. Esau terbiasa memasak makanan buruannya sendiri, kulitnya berbulu dan merah warnanya. Sebaliknya Yakub seorang yang tenang dan suka tinggal di kemah. Jelas tergambar sebuah keluarga yang “tidak ideal“ dimana anak yang satu jarang tinggal di kemah sementara yang satu lagi senang tinggal di kemah. Ishak dan keluarganya berusaha untuk memperoleh berkat Allah dengan cara mereka sendiri.

Dalam kisah selanjutnya dikatakan bahwa Yakub menemui Ishak dan selanjutnya Yakub menyodorkan makanan olahan yang dibuat Ribka dan terjadi dialog (ay. 17. 24), sepertinya Ishak juga ragu karena ia tidak dapat melihat. Tergambar dari beberapa pernyataan Ishak:

  • “Lekas juga engkau mendapatnya anakku!“ (ay. 20)
  • “Datanglah mendekat anakku, supaya aku meraba engkau, apakah
    engkau ini anakku Esau atau bukan“ (ay.21)
  • “Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan, tangan Esau“ (ay. 23)
  • “Benarkah engkau ini anakku Esau?“ (ay. 24a)

Yakub segera menjawab pertanyaan Ishak: “ya“ (ay.24b). Yakub telah melakukan ”penipuan” dengan tujuan agar bapa memberkati aku (ay. 19b). Yakub adalah seorang pembohong namun Yakub merupakan salah satu ”saksi Iman” (Ibrani 11).

Terkait dengan Iman dan Kepercayaan kita kepada Kristus, Dia mau agar kita membangun dan memulihkan Relasi kita denganNya. Relasi kita (anak-anakNya atau orang percaya) dengan Tuhan digambarkan sebagai relasi ”suami-istri” dan Dia adalah satu-satunya mempelai Pria untuk saya dan kau. Dengan demikian Allah berkenaan menyalurkan ”Janji dan berkatNya” ketika saya dan kau memulihkan relasi dengan Tuhan. Karya Penebusan di kayu salib merupakan penggenapan perjanjian “pemulihan” hubungan kita dengan Allah Bapa karena ”kasih karunia” dan ”tindakan Allah” melalui pengutusan Putra Tunggal Yesus Kristus. Oleh Paulus secara ringkas mengatakan bahwa: ”aku adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu”.

Kisah menarik di Perjanjian Baru, menggambarkan bagaimana seorang perempuan pelacur yang menyadari sepenuhnya bahwa dia adalah manusia berdosa, dia mencari Tuhan Yesus dan duduk dekat kakiNya. Sembari menangis, ia membasahi kaki Yesus dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakiNya dan meminyakinya dengan minyak wangi (Lukas 7: 37 – 38). Perempuan ini memohon belas kasih dari Tuhan Yesus karena dia ingin be-relasi dengan Tuhan. Dengan menangis, menyesali keadaannya ia lakukan tindakan ”kasih” untuk Tuhan Yesus. Banyak orang yang melihat kejadian tersebut saat itu, saling bertanya dalam hati masing-masing. Tuhan Yesus spontan berkata kepada perempuan itu: ”Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat” (ay.50). Itulah Anugerah yang Tuhan berikan untuknya.